Korban Tewas di Gaza Terus Bertambah, Lebih dari 1.560 Orang Gugur Sejak Gencatan Senjata Dilanggar

Serangan militer Penjajah di Jalur Gaza kembali menelan korban jiwa dalam jumlah besar setelah pelanggaran gencatan senjata pada pertengahan Maret lalu. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sejak 18 Maret, setidaknya 1.563 warga Palestina telah tewas akibat pemboman dan serangan udara Penjajah.

Dalam 24 jam terakhir saja, sedikitnya 21 orang dilaporkan meninggal dunia, termasuk anak-anak dan perempuan yang menjadi korban paling rentan. Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, total korban tewas mencapai 50.933 orang, sementara lebih dari 116.000 lainnya mengalami luka-luka.

Serangan terbaru pada Sabtu (13/4) terjadi di lingkungan Tuffah, Kota Gaza, menewaskan sejumlah warga dan melukai dua anak. Di distrik al-Atatra, Beit Lahiya, dua warga Palestina lainnya juga tewas, sementara satu korban jiwa dilaporkan dalam serangan pesawat nirawak Penjajah di wilayah selatan Khan Younis.

Salah satu serangan yang paling tragis terjadi di kawasan al-Mawasi—yang sebelumnya dinyatakan sebagai “zona aman” oleh Penjajah. Serangan udara di wilayah penampungan pengungsi itu menyebabkan sejumlah korban tewas dan luka, memperparah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.

Dari Rumah Sakit al-Ahli di Deir el-Balah, reporter Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan kematian bayi perempuan bernama Sham akibat luka serius. Sang bayi sempat menjalani amputasi tangan, namun nyawanya tak terselamatkan.

“Ambulans setiap hari terus membawa korban, mayoritas anak-anak dan perempuan,” kata Khoudary. Ia menambahkan, kondisi layanan kesehatan semakin memburuk karena minimnya pasokan medis, memperbesar risiko kematian bagi korban yang terluka.

Situasi ini menyoroti semakin mendesaknya kebutuhan akan gencatan senjata dan akses kemanusiaan yang aman bagi warga sipil di Gaza.

Bagikan Artikel Ini :
Scroll to Top