
Gaza terus terjerat dalam krisis kemanusiaan yang makin memburuk. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 70 persen wilayah di Jalur Gaza telah berada di bawah perintah evakuasi paksa atau diklasifikasikan sebagai zona terlarang oleh militer Penjajah.
Lewat pernyataan tegas di platform media sosial X, Guterres menyuarakan keprihatinannya yang mendalam terhadap nasib jutaan warga sipil Palestina. “Saya sangat prihatin karena bantuan terus diblokir, dengan konsekuensi yang menghancurkan. Warga sipil harus dihormati dan dilindungi setiap saat, serta diberikan akses terhadap kebutuhan dasar untuk bertahan hidup,” tulisnya.
Di tengah blokade yang masih berlangsung, ribuan keluarga di Gaza terpaksa hidup berpindah-pindah, tanpa kepastian tempat yang aman. Sejak awal Maret, Penjajah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza sebagai bagian dari upaya menekan kelompok Pejuang Kemerdekaan Palestina agar menyetujui perpanjangan fase pertama perjanjian gencatan senjata.
Tak hanya soal bantuan, Guterres juga mendesak pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap tawanan Penjajah yang ditahan Pejuang Kemerdekaan Palestina, dan menyerukan agar gencatan senjata dikembalikan “tanpa penundaan”.
Kondisi di Gaza terus memburuk. Kekurangan makanan, air bersih, dan layanan medis telah mengubah zona konflik ini menjadi wilayah krisis penuh luka yang dalam. Dunia kini kembali menanti: akankah suara kemanusiaan lebih nyaring dari suara senjata?