Baru saja dimulai kegiatan belajar mengajar (KBM) setelah hampir 4 bulan libur musim panas, sekolah-sekolah di Palestina kembali mendapatkan kesulitan. Salah satunya adalah sekolah Al-Lubban Al-Sharqiya, selatan Nablus. Israel terus berupaya untuk menutup sekolah mereka dan menghalangi berjalannya proses pendidikan.
Pendidikan di Palestina akan terus berlanjut meski mendapat tekanan dari penjajah. Selain intimidasi administratif dari pihak pemerintah Israel, sekolah-sekolah di Palestina juga mengalami tekanan dari militer Israel.
Yasir Ghozali sebagai kepala sekolah di Al-Lubban Al-Sharqiya menceritakan kondisi sekolah yang terus mengalami tekanan, baik secara administratif maupun secara fisik. Kejadian intimidatif ini dirasakan oleh siswa Palestina sepanjang KBM berlangsung.
“Kekhawatiran kami sebagai tenaga pendidik adalah siswa dan siswi kami yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah mereka, karena gangguan dan kekerasan dari militer Israel terhadap para siswa dan siswi di perjalanan itu tidak bisa lagi dihindarkan” Ungkap Yasir Ghozali.

ada hari Minggu (12/09), tentara Israel menangkap salah satu siswa dari sekolah Menengah Campuran Al-Sawiya, Al-Luban, Selatan Nablus saat siswa tersebut sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya. Kabar ini juga telah dikonfirmasi oleh Kepala Dewa Desa Al-Lubban Al-Sharqiya, Yaqoub Owais.
“Militer Israel menangkap siswa bernama Hussam Muayyad Owais, dari kelas tujuh, saat dia sedang dalam perjalanan ke sekolah”. Ungkap Yaqoub Uwais kepada awak media
Tragedi seperti ini sudah berulang kali terjadi. Para siswa tidak pernah lepas dari bahaya saat hendak berangkat ke sekolah.

Selain terus-menerus diganggu oleh tentara Israel, para pelajar di Palestina juga mengalami kesulitan lainnya. Minimnya fasilitas pendidikan dari sekolah sangat berpengaruh pada kualitas proses KBM. Belum lagi kebutuhan pribadi siswa untuk sekolah yang sangat memprihatinkan, seperti tas sekolah, sepatu, buku, dan alat tulis. Pendidikan dengan fasilitas cukup untuk menunjang mereka belajar dan suasana kondusif tanpa gangguan dari Israel menjadi satu-satunya impian anak-anak Palestina hari ini.
Selain siswa Palestina, sekolah dengan fasilitas memadai untuk belajar, kondusif dan aman, juga menjadi impian anak-anak di kamp pengungsian di Sanaa, Yaman. Media Palestina, Shehab Agency merilis foto anak-anak Yaman yang sedang berada di dalam kamp beratapkan kain hijau, lesehan dan berdempet-dempetan sedang hikmat mengikuti pembelajaran dari gurunya. Para siswa dan siswi terpaksa tidak melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak, hal ini terjadi akibat terbatasnya ruang kelas yang mereka miliki dan kemiskinan akut.