Krisis Air Gaza: Warga Hanya Dapat 3–15 Liter Sehari, Air Jadi Senjata Penjajah

Kabar Insani — Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) bersama Otoritas Air Palestina (PWA) merilis laporan khusus dalam rangka Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 22 Maret. Tahun ini, tema global yang diusung adalah “Air untuk Perdamaian”, menyoroti peran air sebagai unsur penting dalam menjaga stabilitas sosial dan hubungan antarnegara.

Namun bagi rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza, air justru menjadi sumber penderitaan. Sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, air telah digunakan sebagai alat tekanan yang memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah itu. Israel memutus pasokan air sepenuhnya ke Gaza, membuat jutaan warga hidup dalam kondisi yang sangat sulit.

Dari 84 Liter Menjadi 3 Liter Sehari

Sebelum agresi, rata-rata warga Gaza masih dapat mengakses sekitar 84,6 liter air per orang per hari. Kini, angka itu anjlok drastis menjadi hanya 3 hingga 15 liter per hari—jauh di bawah batas minimum kebutuhan dasar manusia yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 100 liter per hari.

Perbedaan ketersediaan air sangat bergantung pada lokasi, kondisi infrastruktur, serta situasi pengungsian yang terus berubah. Diperkirakan, total air yang kini tersisa di Gaza hanya 10–20 persen dari kondisi sebelum perang. Sekitar 40 persen jaringan air hancur, banyak pompa air yang rusak karena pemboman, sementara sebagian lain tidak bisa beroperasi akibat kekurangan bahan bakar.

Akses Air Bersih: Hampir Mustahil

Bahkan sebelum agresi dimulai, hanya 4 persen penduduk Gaza yang memiliki akses ke air bersih. Kini, situasinya makin memburuk. Tanpa bahan bakar untuk mengoperasikan pabrik desalinasi dan pompa sumur, warga harus berjuang keras mendapatkan air—apa pun bentuknya, bahkan jika tidak layak minum.

Dari tiga pabrik desalinasi di Gaza, hanya satu yang masih beroperasi di wilayah selatan dengan kapasitas sangat terbatas, sekitar 5 persen dari kemampuan normal.

Ketergantungan pada Air Tanah dan Impor dari Israel

Data PCBS menunjukkan, sekitar 76 persen air di Palestina berasal dari sumber air tanah. Di Tepi Barat, total air yang dipompa dari sumur pada 2022 mencapai 116,6 juta meter kubik (MCM). Namun, sejak 1967, Israel melarang Palestina mengambil air dari Sungai Yordan yang seharusnya dapat menyuplai hingga 250 MCM per tahun.

Keterbatasan ini memaksa Palestina membeli air dari perusahaan Israel, Mekorot, sebesar 98,8 MCM atau sekitar 22% dari total ketersediaan air nasional. Sisanya berasal dari mata air lokal, sumur tanah, dan air hasil desalinasi.

Persentase Air Permukaan Dan Air Tanah Yang Diambil Dari Air Tersedia, 2017-2022
Foto : BPS Palestina

22% Air Yang Tersedia Di Palestina Dibeli Dari Israel | Perusahaan Air "Mekorot"

Indikator Terpilih untuk Statistik Air di Palestina, 2020-2022
Indikator Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Jumlah Air yang Tersedia Setiap Tahun
448.4
438.4
445.7
Jumlah yang Dipompa Setiap Tahun dari Sumur Air Tanah
299.1
297,8
298.5
Jumlah Air Mata Air yang Dibuang Setiap Tahun
53.3
37.0
38.8
Jumlah Air yang Dibeli Setiap Tahun dari Perusahaan Air Israel (Mekorot) untuk Penggunaan Rumah Tangga
90.3
96.1
98,8
Penggunaan Rumah Tangga Air Minum Desalinasi
5.7
7.5
9.6
Kuantitas Pasokan Air Tahunan untuk Sektor Domestik
232.6
250,7
250,8

Jumlah dalam Juta m3 /Tahun

Air Tercemar Mencapai 97 Persen

Di Jalur Gaza, hampir semua air tanah telah terkontaminasi. Dari total air yang dipompa dari akuifer pesisir sebesar 189,4 MCM, sebanyak 97 persen tidak memenuhi standar WHO. Penurunan muka air tanah hingga 19 meter di bawah permukaan laut memperparah intrusi air asin dan menurunkan kualitas air minum.

Kondisi ini membuat air bersih semakin langka, sementara penggunaan air yang tercemar meningkatkan risiko penyakit menular.

Ketimpangan Konsumsi dan Keadilan Distribusi

Pada 2022, konsumsi air rumah tangga di Palestina rata-rata 85,7 liter per orang per hari—lebih rendah dari standar minimum global. Di Tepi Barat, angka itu 86,4 liter, sedangkan di Gaza hanya 84,6 liter. Namun, bila dihitung dari air yang benar-benar layak minum, warga Gaza hanya mendapat sekitar 20 liter per hari.

Perbandingan dengan Israel menunjukkan ketimpangan yang mencolok: rata-rata warga Israel mengonsumsi lebih dari 300 liter per hari, bahkan tujuh kali lipat lebih banyak bagi para pemukim Israel dibandingkan warga Palestina.

Ketidakadilan distribusi ini menjadi salah satu tantangan utama dalam pengelolaan air di Palestina, terutama karena hambatan politik yang menghalangi pembangunan sistem air nasional yang terpadu.

Catatan

Data yang digunakan dalam laporan ini tidak mencakup wilayah Yerusalem Timur, yang telah dianeksasi oleh Israel sejak 1967.

Bagikan Artikel Ini :
Scroll to Top