Pintu Kelaparan Semakin Menganga di Gaza Menjelang Lebaran

Sekantong tepung dijual 20 kali lipat dari harga normal di utara Gaza. Foto : Anadolu/Getty

Harga pangan di Gaza melambung tinggi, menimbulkan ancaman kelaparan bagi lebih dari 1 juta penduduk Palestina di wilayah tersebut.

Sejak invasi Israel pada bulan Oktober, pengungsi Gaza telah rutin berbagi foto keranjang belanjaan mereka yang mencerminkan kenaikan drastis harga-harga makanan di tengah kelangkaan yang dirasakan.

Di kota Rafah, di bagian selatan Gaza yang kini didiami sebagian besar penduduk, harga bawang bombay melonjak hingga 50 kali lipat dari harga sebelum konflik, sementara sayuran seperti bayam, daun rami, dan lobak, yang biasanya mudah ditemukan, dijual dengan kenaikan harga hingga 25 kali lipat, menurut analisis terbaru dari organisasi kemanusiaan Christian Aid.

William Bell, kepala kebijakan Timur Tengah di Christian Aid, mengungkapkan keprihatinan, “Karena akses kemanusiaan yang terbatas, persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup menjadi sulit didapat oleh masyarakat Gaza, apalagi untuk menjaga pola makan yang sehat. Akibatnya, anak-anak di Gaza berisiko terkena kekurangan gizi dan penyakit, sementara dunia terus menutup mata terhadap kondisi ini.”

Organisasi amal tersebut menemukan bahwa harga satu liter minyak sekarang mencapai £13 atau Rp 260.000, meningkat dari £4,25 (Rp 85.000) sebelum perang, sementara sekantong tepung berbobot 25 kg – yang mungkin dihargai sekitar £15 (Rp 300.000) di Rafah – kini bisa mencapai harga lebih dari £300 (Rp 6.000.000) di Gaza utara, di mana bantuan kemanusiaan terbatas.

Pada minggu ini, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, yang mengawasi situasi ketahanan pangan, telah mengeluarkan peringatan bahwa ancaman kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara, sementara wilayah lainnya juga berada dalam risiko serupa.

Sumber : The Guardian

Scroll to Top