600.000 Orang Terusir dari Raffah Dalam Sepekan dan Terancam Kelaparan Karena Bantuan Terputus

Foto : Aljazeera

Di tengah pertempuran sengit yang terus berlangsung di Gaza, lembaga kemanusiaan PBB mengeluarkan peringatan keras bahwa kelaparan masih menjadi ancaman serius akibat pembatasan bantuan dan kurangnya akses yang aman.

Lebih dari tujuh bulan sejak perang dimulai, bayi-bayi yang dilahirkan masih mengalami masalah gizi, demikian menurut laporan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Dalam sebuah postingan di media sosial X, badan tersebut menyatakan bahwa bayi bernama Habiba lahir di tenda kecil dengan berat kurang dari dua kilogram pada usia dua minggu. Lebih dari 150.000 perempuan hamil dan menyusui di Gaza masih menghadapi kondisi sanitasi yang buruk dan risiko kesehatan yang serius.

Rekan PBB lainnya, Program Pangan Dunia (WFP), menyoroti tantangan besar yang dihadapi orang tua dalam menjaga anak-anak mereka tetap aman dan cukup makan. WFP mendistribusikan kurma yang diperkaya untuk mencegah malnutrisi, termasuk kepada orang tua Khaled dan Siham yang sering kali tidak memiliki apa pun untuk dimakan sehingga harus mengorbankan diri demi anak-anak mereka.

Menurut WFP, malnutrisi di kalangan anak-anak meningkat dengan cepat. Satu dari tiga anak di bawah usia dua tahun kini mengalami malnutrisi akut atau wasting. PBB dan mitra-mitranya memiliki sarana untuk meningkatkan bantuan kepada 2,2 juta orang di Gaza, tetapi hanya jika terjadi gencatan senjata kemanusiaan, tegas badan tersebut.

Sementara itu, upaya bantuan terus berlanjut di tengah laporan baku tembak antara pasukan Israel dan pejuang Palestina di Jabalia di utara dan Rafah di selatan. Rafah telah mengosongkan setidaknya 600.000 orang dalam seminggu terakhir, dan 100.000 lainnya mengungsi dari wilayah utara Gaza akibat perintah evakuasi baru oleh militer Israel.

“Banyak keluarga terus mengungsi ke mana pun mereka bisa, termasuk ke reruntuhan dan bukit pasir, untuk mencari keselamatan, tapi hal seperti itu tidak terjadi di Gaza,” kata UNRWA dalam tweetnya pada hari Selasa, yang disertai gambar barisan kendaraan menuju ke pantai, beberapa membawa barang-barang seluruh keluarga.

Kantor Koordinasi Bantuan PBB (OCHA) mengatakan tim bantuan terus berusaha memberikan bantuan untuk menyelamatkan nyawa “di mana pun dan kapan pun memungkinkan”, meskipun perbatasan utama di Rafah tetap ditutup dan tidak ada akses aman di dekat perbatasan Kerem Shalom yang dianggap tidak layak secara logistik.

Sumber : Relifeweb

Scroll to Top