Pemukiman Para Janda dan Yatim Suriah

Banyak anak-anak Suriah dan keluarga mereka tinggal di daerah di mana layanan dasar hampir tidak ada. Infrastruktur penting yang mereka andalkan seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan air dan kebersihan telah hancur.

Angka baru dari Program Pangan Dunia menunjukkan bahwa hampir 60% populasi sekarang menghadapi beberapa bentuk kekurangan pangan, dengan 1,3 juta orang menghadapi kekurangan pangan yang parah. Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak perang di Suriah 10 tahun lalu.

Berdasarkan data statistik yang telah dirilis lembaga kemanusiaan internasional STC (Save The Children) melalui laman resminya, krisis pangan, kesehatan, dan ekonomi di Suriah meningkat sejak awal tahun 2021 akibatnya 28% anak menderita stunting karena kekurangan gizi, 41% anak usia sekolah putus sekolah, dan 82% orang hidup dalam kemiskinan

Kondisi ini diperburuk dengan gelombang pengungsian yang mencapai 77% dari total populasi. 

Kondisi buruk tidak hanya dirasakan oleh pengungsi muslim di Suriah, namun  lebih dari 1,5 juta muslim Suriah yang melarikan diri ke negara tetangga seperti Lebanon, banyak dari mereka berlindung di kamp-kamp pengungsian di sepanjang perbatasan. Salah seorang wartawan dari FRANCE24 melakukan perjalanan ke salah satu kamp tersebut, ia mendapati sebuah komunitas yang dikelilingi tembok dan terjaga keamanannya di mana para wanita yang menjanda akibat konflik berjuang seorang diri di lingkungan yang sangat tidak layak demi  membesarkan anak-anak mereka.

“Tidak ada laki-laki di sini,” kata Souad Salem kepada wartawan FRANCE24, yang tiba sepuluh tahun lalu di kamp di Ersal, di timur laut Lebanon, bersama suami dan lima anaknya. Keluarga yang beranggotakan tujuh orang itu kini tinggal tiga orang.

“Kami menyebutnya kamp janda dan yatim piatu. Kami sendiri tinggal di sini,” katanya. “Suami kita semua bersama Tuhan (wafat).”

Nasib buruk juga menimpa mereka yang baru tumbuh, di mana anak-anak di kamp dipaksa untuk tumbuh dengan cepat, khususnya anak perempuan, yang sebagian besar dinikahkan sejak usia 14 tahun. Statistik STC merilis angka kelahiran wanita Suriah antara 1 dari 26 anak perempuan rentang usia 15-19 dipastikan melahirkan.

“Itulah takdir putri kami,” kata Souad. “Karena kami pengungsi, mereka tidak punya alternatif.”

Scroll to Top