Ketersediaan air bersih di indonesia menurut data yang dirilis BPS pada tahun 2018 Indonesia belum mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). Mengacu pada data tersebut Indonesia saat ini hanya memiliki ketersediaan air bersih mencapai 72,55% untuk seluruh penduduk Indonesia.
Demi memenuhi hajat kebutuhan air bersih penduduk Indonesia, diperlukan adanya gotong-royong yang kuat dari seluruh elemen bangsa. Pemerintah dan masyarakat harus melakukan kerjasama yang solid untuk mewujudkan 28% kekurangan terhadap akses air bersih yang melanda lebih dari 33 juta penduduk Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah.
Dengan tingkat curah hujan yang tinggi dan sumber air alami yang melimpah mengapa Indonesia masih mengalami kesulitan terhadap akses air bersih?
Musim kemarau panjang dan sumber air yang mengering menjadi pemicu utama terjadinya krisis air bersih di beberapa daerah. Lokasi daerah yang jauh dari perkotaan juga menyebabkan sulitnya akses bantuan air bersih masuk.
Sedangkan untuk daerah metropolitan seperti Jakarta, Medan, Makassar, Surabaya dan Samarinda, kepadatan penduduk dan swastanisasi air menjadi gelombang kekhawatiran yang besar bagi warga, karena menjadi pemicu tingginya tingkat permintaan air bersih dan harga beli tinggi yang sulit dipenuhi oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Daerah yang Rawan Terjadi Krisis Air Bersih di Indonesia
Gunung Kidul, Yogyakarta
Kekeringan yang melanda 15 kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Membuat lebih dari 128 ribu warga terdampak kesulitan terhadap akses air bersih.
Pada (08/2020) Pemerintah kabupaten Gunung Kidul menggelontorkan anggaran sebesar Rp.700 juta untuk dropping 550 tangki air bersih yang akan didistribusikan kepada masyarakat yang mengalami kekeringan.
Klaten, Jawa Tengah
Sekitar 19 desa di Kabupaten Klaten mengalami kekeringan sehingga warga sulit mendapatkan akses air bersih, upaya yang penyaluran air bersih sebanyak 636 tangki yang dilakukan pemerintah setempat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih belum mencukupi kebutuhan warga Klaten terhadap akses air bersih.
Menurut BPBD Klaten, kecamatan Kemalang merupakan daerah yang paling terparah mengalami kekeringan pada (10/2020) lalu.
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbawa mencatat terdapat 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Sumbawa yang mengalami kekeringan berkepanjangan. dampaknya ribuan warga mengalami kesulitan terhadap akses air bersih.
Kondisi kekeringan yang berpotensi sebabkan krisis air bersih berkepanjangan ini bila tidak segera diselesaikan oleh pemerintah akan berdampak negatif kepada warga di Sumbawa.
Kekurangan air bersih yang berlangsung lama akan menimbulkan berbagai penyakit, dan penurunan kesehatan. Masyarakat akan rentan terserang penyakit diare bila terus-menerus mengkonsumsi air dengan kualitas yang kurang baik.
Sumenep, Jawa Timur
Ada 29 desa yang tersebar di Sumenep mengalami kekurangan air bersih, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat Kecamatan di Sumenep yang mengalami kekurangan air bersih sepanjang 2020 diantaranya, Kecamatan Pasongsongan, Batuputih, Talango, Tubaru, Ganding, Batang-Batang dan Saronggi.
Demak, Jawa Tengah
Sebanyak 99 desa di 13 Kecamatan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah menjadi langganan kekeringan air saat musim kemarau berlangsung, namun saat musim penghujan tiba beberapa daerah di Kabupaten demak mengalami kekurangan air bersih.
Kekeringan dan kekurangan air bersih juga terjadi di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah di antaranya, Kabupaten Pati, Pekalongan, Jepara, dan Grobogan. Akibatnya ribuan keluarga harus mencari air bersih ke desa tetangga yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman mereka.
Warga yang mengalami kekeringan dan tidak terjamah bantuan air bersih dari pemerintah daerah kini sangat bergantung pada bantuan air bersih yang disalurkan oleh komunitas dan lembaga sosial.