Jakarta, Kabar Insani — Air adalah sumber kehidupan. Setiap hari kita meneguknya tanpa banyak berpikir, percaya bahwa air yang jernih berarti air yang bersih. Namun, di balik kejernihan itu, apakah air yang kita minum benar-benar aman bagi tubuh?
Air Bersih Tak Selalu Aman Diminum
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, lebih dari dua miliar orang di dunia masih mengonsumsi air yang terkontaminasi. Di Indonesia, masalah serupa masih menjadi pekerjaan rumah panjang. Banyak warga yang bergantung pada air sumur atau air isi ulang, tanpa tahu pasti kualitasnya.
Air yang tampak bening belum tentu bebas dari bahaya. Kandungan logam berat seperti timbal, arsenik, atau merkuri bisa saja ada dalam kadar rendah tapi berbahaya jika dikonsumsi terus-menerus. Belum lagi risiko bakteri E. coli dan Coliform yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan, tifus, hingga hepatitis A.
“Secara fisik air bisa tampak bersih, tapi secara kimia dan mikrobiologis belum tentu aman. Inilah tantangan utama di banyak daerah,” ujar dr. Sinta Pramudita, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RS Fatmawati, Jakarta.
Sumber Pencemaran Air Rumah Tangga
Sumber air bersih masyarakat umumnya berasal dari tiga jenis: air tanah, air ledeng (PDAM), dan air galon isi ulang. Masing-masing memiliki risiko berbeda.
- Air tanah rawan tercemar limbah domestik dan pupuk kimia dari aktivitas pertanian.
- Air PDAM relatif aman, namun pipa tua atau kebocoran bisa memunculkan kontaminasi di perjalanan menuju rumah warga.
- Air isi ulang, meski populer karena murah dan praktis, juga perlu diwaspadai. Beberapa depot pengisian diketahui tak memenuhi standar higienitas.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat, dalam tiga tahun terakhir ada peningkatan temuan depot air minum yang tidak memenuhi standar mikrobiologis. “Masalahnya bukan di air baku, tapi pada proses penyaringan dan kebersihan peralatan,” tulis laporan BPOM 2024.
Kandungan Air yang Ideal untuk Dikonsumsi
Menurut Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum layak konsumsi harus memenuhi syarat fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Beberapa indikator utama yang perlu diperhatikan antara lain:
- pH air antara 6,5 hingga 8,5
- Total padatan terlarut (TDS) di bawah 500 mg/liter
- Tidak mengandung bakteri Coliform atau E. coli
- Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
Sayangnya, banyak masyarakat yang belum tahu cara sederhana memeriksa kualitas air. Padahal, alat pengukur TDS kini mudah ditemukan dan harganya cukup terjangkau.
Mikroplastik dan Ancaman Baru dalam Air Minum
Beberapa penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: air minum dalam kemasan pun kini mengandung mikroplastik. Partikel kecil plastik berukuran kurang dari 5 milimeter itu bisa masuk ke tubuh manusia tanpa disadari.
Penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023 menemukan bahwa hampir seluruh sampel air minum dalam kemasan di pasar domestik mengandung mikroplastik dalam kadar berbeda-beda. Meskipun efek jangka panjangnya terhadap kesehatan manusia masih diteliti, keberadaan partikel ini patut diwaspadai.
“Paparan mikroplastik bisa mengganggu sistem hormon dan metabolisme tubuh,” ungkap peneliti BRIN, dr. Ratri Anindita.
Langkah Aman Mengonsumsi Air Sehari-hari
Meski tantangan besar, bukan berarti kita tak bisa menjaga diri. Ada beberapa langkah sederhana agar air yang kita konsumsi lebih aman:
- Rebus air hingga mendidih selama minimal lima menit sebelum diminum.
- Gunakan filter air rumah tangga dengan sistem penyaringan ganda (karbon aktif dan membran).
- Periksa depot air isi ulang—pastikan ada izin Dinas Kesehatan dan label masa uji laboratorium.
- Simpan air dalam wadah bersih dan tertutup untuk mencegah kontaminasi ulang.
- Lakukan tes kualitas air minimal setahun sekali, terutama bagi pengguna air sumur.
Air Bersih Adalah Hak, Bukan Kemewahan
Air bukan hanya kebutuhan dasar, tapi hak setiap warga negara. Akses terhadap air bersih berkualitas seharusnya menjadi prioritas pemerintah dan kesadaran bersama masyarakat.
Di tengah maraknya isu lingkungan dan pencemaran, pertanyaan sederhana “Apakah air yang saya minum aman?” seharusnya menjadi refleksi harian. Karena kesehatan tidak hanya ditentukan dari makanan, tapi juga dari setiap tetes air yang masuk ke tubuh kita.


