YAMAN: BANGSA MULIA YANG TENGAH DILANDA NESTAPA

Mahram Bilqis atau Kuil Awwam, terletak di kota Ma’rib yang dahulu menjadi ibukota Bangsa Saba’. Foto: Arabia Felix Magazine/Zain Alaabdain Ben Ali

Kemuliaan yang Berlandaskan Nas

Yaman, negara yang terletak di bagian selatan Jazirah Arab, merupakan satu-satunya negara dengan sistem Republik di kawasan tersebut. Yaman bukan hanya sebuah entitas modern, tetapi merupakan peradaban yang telah berusia ribuan tahun, jauh sebelum dunia mengenal bangsa-bangsa seperti Amerika, Inggris, Italia, atau bahkan Rusia. Nama Yaman terukir dalam sejarah, tidak hanya sebagai negara bangsa, tetapi juga sebagai wilayah yang diberkahi, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW menyebut Yaman secara eksplisit dan mendoakan keberkahan bagi negeri ini, menunjukkan kemuliaan Yaman dalam pandangan Islam. Hadits dari Ibnu Umar mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW berdoa:  

“Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Yaman kami” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Selain itu, Rasulullah SAW juga memberikan kemuliaan khusus kepada penduduk Yaman dengan janji bahwa mereka akan menjadi yang pertama kali diberi kesempatan untuk meminum air dari telaganya di akhirat. Nabi bersabda:  

“Sesungguhnya kelak aku akan berada di samping telagaku. Kemudian, aku akan menghalangi orang-orang yang akan meminum dari telagaku agar penduduk Yaman dapat meminumnya terlebih dahulu. Aku memukul dengan tongkatku sehingga air telaga itu mengalir untuk mereka” (HR. Muslim).

Sejarah Yaman dalam Kitab Suci dan Tradisi Islam 

Yaman memiliki peran yang signifikan dalam sejarah para nabi, yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Salah satu kisah tersebut adalah dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam kepada kaum ‘Ad, yang tinggal di lembah Ahqaf. Wilayah ini dikenal dengan tanahnya yang subur dan sumber air yang melimpah, menjadikan kaum ‘Ad salah satu peradaban tertua dan makmur setelah generasi yang dihancurkan pada masa Nabi Nuh ‘alaihissalam. Hingga kini, lembah ini berada di wilayah Hadramaut, Yaman, dan tetap menjadi salah satu kawasan pertanian subur di negeri ini.

Selain kisah Nabi Hud, Yaman juga dikenal melalui kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan Ratu Balqis, yang diabadikan dalam surat Saba’. Tafsir dari Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ratu Balqis adalah penguasa negeri Saba’, yang dikenal dengan kemegahan bendungan Ma’rib. Bendungan ini adalah simbol kemajuan peradaban Yaman di masa lalu, yang memungkinkan rakyatnya menikmati hasil bumi yang melimpah dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Reruntuhan bendungan Ma’rib yang masih tersisa. Foto:wikipedia

Peran Yaman dalam Peradaban Islam dan Dunia 

Yaman bukan hanya terkenal karena perannya dalam sejarah keagamaan, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan perdagangan di dunia Islam. Yaman dikenal sebagai tempat lahirnya beberapa ulama besar dan pusat-pusat pendidikan Islam yang berpengaruh. Kota-kota seperti Sana’a dan Zabid menjadi saksi kejayaan intelektual Yaman, di mana tradisi ilmu pengetahuan dan budaya Islam berkembang pesat.

Selain itu, Yaman memiliki peran penting dalam jaringan perdagangan dunia kuno, khususnya melalui Jalur Rempah dan Jalur Sutra. Kota-kota pelabuhan Yaman, seperti Aden, menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Afrika, India, dan Asia Tenggara, menjadikan Yaman sebagai simpul penting dalam perekonomian global pada masanya.

Krisis Yaman: Dari Kemuliaan ke Penderitaan

Namun, di tengah kemuliaan dan kejayaan yang pernah diraih, Yaman kini berada di titik nadir. Krisis kemanusiaan yang terus memburuk telah merenggut stabilitas dan kedamaian negeri ini. Kelaparan, konflik, dan kehilangan telah menjebak jutaan penduduk Yaman dalam derita yang tampaknya tak berkesudahan. Harapan untuk bangkit dari kesengsaraan ini semakin memudar, seiring dengan semakin sulitnya akses bantuan kemanusiaan dan meningkatnya kompleksitas konflik yang melibatkan berbagai pihak.

Yaman, yang dahulu dikenal sebagai ‘Arabia Felix’ atau Arab yang beruntung, kini menyaksikan anak-anaknya terperangkap dalam bayang-bayang kelaparan dan peperangan, membuat negeri ini terpuruk dalam krisis terburuk dalam sejarah modernnya. Dunia kini menyaksikan sebuah bangsa yang pernah menjadi simbol kemuliaan dan kebesaran, namun kini bergelut dalam kesengsaraan yang mendalam.

Seorang wanita memasak daun untuk keluarganya akibat tidak tersedianya makanan yang layak. Distrik Al-Asha, Provinsi Amran. Foto: CARE Yemen/Abdulrahman Alhobishi

Yaman di Persimpangan: Harapan dan Tantangan  

Kendati situasi yang dihadapi Yaman sangatlah suram, masih ada secercah harapan bagi bangsa ini untuk bangkit. Bantuan kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia terus diupayakan, dan usaha-usaha perdamaian masih dilakukan meskipun penuh dengan tantangan. Masa depan Yaman sangat tergantung pada kemampuan komunitas internasional dan pemimpin-pemimpin lokal untuk bekerja sama dalam menciptakan stabilitas, memulihkan ekonomi, dan memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi mereka yang paling rentan.

Yaman adalah simbol ketahanan dan keberanian, sebuah bangsa yang telah melalui banyak ujian dalam sejarahnya. Meskipun saat ini Yaman berada di persimpangan jalan yang sulit, tekad dan doa dari umat Muslim di seluruh dunia dapat menjadi kekuatan yang mendorong kebangkitan bangsa ini. Yaman, dengan segala kemuliaannya, masih memiliki potensi untuk bangkit dan kembali menjadi bangsa yang kuat dan makmur.

Bagikan Artikel Ini :
Scroll to Top