Musim dingin dengan hamparan salju putih mungkin menjadi impian bagi penduduk di Asia Tenggara terkhusus warga Indonesia. Negara pemilik musim kemarau dan hujan ini tentu penasaran dengan musim dingin, mulai dari bentuk salju sampai keindahan yang disajikan selama musim dingin berlangsung.
Palestina termasuk negara yang selalu dilalui musim dingin dengan cuaca dingin yang cukup ekstrim. Namun tidak sedikit yang tahu bahwa musim dingin di sana tak seindah yang terjadi di Eropa.
Apa saja perbedaan musim dingin di Palestina dan Eropa?
Berikut kami sajikan hal-hal yang perlu #inisiatorkebaikan ketahui tentang musim dingin yang berlangsung di Palestina :
1. Musim Dingin, dengan Suhu Sangat Dingin
Selama musim dingin berlangsung, suhu di Palestina berkisar sekitar 10 °C (50 °F). Terkadang menjadi lebih hangat pada hari-hari tertentu dan sedikit lebih dingin pada hari lainnya. Pada malam hari suhu turun menjadi 3 atau 4 °C (38 ° F). Tidak hanya dingin yang mencekam, namun juga disertai angin dan hujan selama berbulan-bulan.
2. Tidak Ada Pemanas di Gedung atau Rumah
Sebagian besar negara barat memiliki sistem pemanas sentral (tungku) di setiap gedung untuk menjaganya tetap hangat saat di luar cuaca dingin. Hal ini tidak umum di Palestina, sehingga Anda tidak akan pernah benar-benar ‘melarikan diri’ dari hawa dingin.
Bangunan-bangunan batu menahan dingin sehingga meskipun di luar menghangat, di dalam tetap dingin. Seringkali rumah memiliki satu atau dua pemanas portabel yang akan digunakan keluarga pada malam hari untuk melakukan penghangatan, tetapi sebagian besar rumah dan bangunan di Palestina tidak memiliki pemanas. Lalu, apa kabar mereka yang bertahan di tenda-tenda pengungsian?
3. Pakaian Yang Berlapis-Lapis
Buat #inisiatorkebaikan yang suka mendaki gunung, bagaimana sahabat melawan dingin saat berada di atas ketinggian lebih dari 3000 Mdpl ? tentunya mengenakan jaket dan pakaian berlapis agar sahabat tetap hangat.
Jika sahabat mengunjungi Palestina di akhir tahun, maka sahabat akan mendapati anak-anak yang berbibir kering mengenakan pakaian berlapis-lapis. Dingin yang sangat mencekam membuat wanita-wanita Palestina mengenakan selimut saat beraktivitas di dalam tempat tinggal mereka. Selimut, pakaian yang berbahan tebal, dan cadangan makanan sangat urgen bagi mereka saat melalui musim dingin.
4. Banjir dan Genangan Air
Banyaknya bangunan yang roboh menyebabkan lahan serapan air tertimbun puing-puing reruntuhan bangunan. Meski tidak terjadi di semua wilayah di Palestina namun curah hujan yang disertai dingin mencekam seringkali menjadi penghambat aktivitas warga Palestina.
Banjir seringkali dialami oleh warga Palestina yang berada di wilayah Jalur Gaza, kondisi mereka yang bertahan hidup di shelter dan tenda pengungsian sangat menyedihkan.
5. Krisis Energi Listrik
Penanggung Jawab Informasi Perusahaan Listrik Gaza, Muhammad Tsabit mengatakan bahwa pusat generator listrik berhenti beroperasi akibat kehabisan bahan bakar setelah suplai bahan bakar dari wilayah Palestina yang dikuasai Israel berhenti sejak ditutupnya Terminal Karem Abu Salem.
Situasi ini mengakibatkan pasokan listrik ke rumah warga terhambat. “Gaza hanya mampu memasok listrik 3 sampai 4 jam saja perhari, ‘’ ujarnya.
Krisis listrik di Gaza menyebabkan pabrik hanya mampu beroperasi kurang dari 20% dengan menggunakan generator alternatif. Situasi ini akan membuat 50.000 buruh kehilangan pekerjaan serta menurunnya produksi.
Blokade Israel terhadap Gaza sejak 14 tahun silam, telah membuat persentase kemiskinan terus meningkat hingga 80%, dimana 60% warga Gaza tak lagi punya pekerjaan.
Bagikan Artikel Ini :
"Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Palestina Menghadapi Musim Dingin"
Pilih Nominal Donasi
-
Rp 1.121.300 Raisedof Rp 500.000.000
- 11 Donors