Memasuki bulan Agustus, biasanya pemerintah, perusahaan, sekolah sampai ke tingkat masyarakat mulai merasakan riuh suka dan cita dari kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan sedari dini merancang program dan berbagai kegiatan untuk menyambut dan merayakan hari kemerdekaan itu.
Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari diproklamasikannya Indonesia sebagai negara merdeka oleh dua tokoh bangsa, Bung Karno dan Bung Hatta, kemerdekaan ini disambut dengan penuh gegap gempita oleh seluruh lapisan bangsa, suku dan agama.
Bambu runcing yang menjadi senjata untuk membela diri selama penjajahan, sejak hari itu menjadi tiang-tiang gagah yang mengibarkan bendera merah putih di sudut-sudut kota, pasar dan jalanan, hari itu sang saka merah putih berkibar begitu berani.
Namun tahukah sahabat bahwa dibalik kegembiraan bangsa atas kemerdekaan yang diraih, tidak serta merta mendapat dukungan dari negara-negara lain, termasuk negara dengan populasi muslim terbesar di Timur Tengah. Padahal salah satu syarat sebuah negara merdeka adalah dukungan serta pengakuan dari negara lain.
Berbeda dengan Palestina, negara ini justru menjadi yang pertama mengakui kedaulatan Indonesia, meski sampai hari ini bangsa dan tanahnya masih terjajah. Pengakuan Palestina terhadap kemerdekaan RI diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al Husaini, yang merupakan mufti besar Palestina, Palestina menyampaikan ucapan selamat untuk Indonesia di radio Berlin, Jerman pada tanggal 6 September 1944. Pengakuan tersebut merupakan sebuah dukungan kepada Indonesia, karena saat itu Indonesia belum merdeka.
Padahal Palestina masih di bawah pemerintahan Britania Raya pada tahun 1944. Oleh karena itu, meski belum bisa dikatakan bahwa Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun, peran Palestina tetaplah penting karena sudah memacu semangat pahlawan bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Langkah Palestina kemudian diikuti oleh negra arab lainnya, seperti Mesir pada 22 Maret 1946, Arab Saudi pada 18 November 1946, Suriah 1947 di sidang PBB melalui penghentian agresi militer Belanda dan Yaman 3 Mei 1948.
Indonesia menjadi negara merdeka selama 77 tahun, sikap Indonesia sampai hari ini masih eksis sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian di atas muka bumi, Indonesia senantiasa mendukung kemerdekaan bangsa manapun, serta menolak keras segala bentuk penjajahan di dunia. Termasuk Palestina yang hingga kini masih berada dalam penjajahan.
Komitment Indoensia perjuangkan kemerdekaan Palestina, tidak hanya berlandaskan konstitusi semata, namun adanya dorongan dari ikatan sejarah antar keduanya yang sangat erat. Berikut adalah konsistensi Indonesia dalam membela kemerdekaan Palestina :
Pada 1948, Indonesia menolak/ tidak mengakui negara Israel yang diproklamasikan oleh David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948
Pada 1950, Indonesia menolak delegasi perdamaian dari Israel meski penawarannya sangat menguntungkan untuk kedaulatan Indonesia, yaitu mengakui Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Pada 1955, Bapak proklamator Indonesia Ir. Soekarno menolak keras Israel untuk bergabung dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung
Pada 1957, Indonesia menolak bermain sepak bola melawan Israel baik pertandingan dilangsungkan di Tel Aviv atau di Jakarta
Pada 1962, Sebagai tuan rumah Asian Games, Indonesia menolak memberikan Visa kepada Kontigen Israel
Pada 1986 di hadapan Raja Hussein dan Ratu Noor dari Yordania, bapak pembangunan Indonesia Presiden Suharto menegaskan bahwa kemerdekaan Palestina adalah Mutlak
Pada 2000, Presiden ke-3 Indonesia Abdurrahman Wahid menyatakan dukungan kemerdekaan Palestina di hadapan Yasir Arafat pendiri PLO (Organisasi Pembebasan Palestina)
Pada 2001, Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda
Menegaskan posisi Indonesia yang akan senantiasa membela dan mendukung kemerdekaan Palestina dalam forum OKI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, selama 2 periode sebagai Presiden Indonesia, dengan tegas memposisikan Indonesia sebagai negara yang senantiasa mendukung kemerdekaan Palestina.
Pada 2015, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh negara di Asia-Afrika berjuang mewujudkan kemerdekaan Palestina.
Pada 2017, Presiden Joko Widodo menyerukan OKI untuk meminta Dewan HAM PBB melakukan pertemuan Khusus membahas pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Al-Quds
Pada 2021, Presiden Joko Widodo mengutuk keras serangan Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung selama 11 hari pada bulan Ramadhan dan Syawal .