fbpx

Gunung Semeru Erupsi, Tim INSANI Salurkan Bantuan ke Lokasi

Erupsi Gunung Semeru (Foto : CNN Indonesia)

Lumajang – Pada 13 Desember 2020, Gunung Semeru kembali menyemburkan awan panas yang disertai abu vulkanik. Ketinggian awan panas diperkirakan mencapai 3,5 Kilometer. INSANI bergerak cepat dan langsung menerjunkan tim dan relawan ke lokasi.


Warga yang yang berada di sekitar kawasan Gunung Semeru diminta tetap waspada dan menjauhi zona berbahaya. 


Selain semburan awan panas, tampak di sekitar Gunung Semeru mengeluarkan guguran lava yang terjadi sejak (12/20) malam hari.

(Foto : Jatimnow)

Dari data pos pengamatan gunung api (PGA) letusan Gunung Semeru terjadi pada (13/12) pukul 00.00-06.00 waktu setempat. Gunung Semeru mengeluarkan 3 kali letusan, letusan pertama Gunung Semeru menyemburkan awan panas dan guguran lava satu kali, tremor harmonik satu kali, tektonik lokal dan tektonik jarak jauh satu kali.

 

 

Warga yang berada di kamp pengungsian belum bisa kembali ke rumah dan beraktivitas normal, warga yang bergantung hidup pada pertanian dan peternakan saat ini mengalami kesulitan yang sangat mendalam. Mereka terpaksa harus bertahan hidup dari bantuan yang datang. Saat ini masker menjadi kebutuhan sangat darurat, untuk mencegah infeksi pernapasan akibat abu semburan Gunung Semeru dan juga mencegah resiko virus Covid-19.

 

 

Tim INSANI yang berangkat dari Jakarta berkoordinasi dengan ketua RT setempat berhasil menyalurkan beberapa bantuan untuk warga yang saat ini terpaksa mengungsi. Lokasi pengungsian warga berada di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa timur.

 

Sebanyak kurang lebih 200 orang menerima bantuan dari INSANI berupa 2.000 masker, 150 paket sembako, dan 10.000 liter air bersih. Ketiga jenis bantuan tersebut adalah yang paling dibutuhkan warga saat ini khususnya yang berada di pengungsian.

 

 

Ahmad Musafa, koordinator tim INSANI di lapangan menuturkan kondisi warga saat ini. Beliau menjelaskan bahwa warga masih harus terus mengungsi sebab khawatir akan erupsi susulan. 

 

 

Warga juga khawatir dengan adanya lumpur panas yang membeku sehingga membentuk tanggul di jalur tumpahan erupsi yang dikhawatirkan jika terjadi erupsi lagi maka akan meluap ke lokasi pemukiman warga. Akibat kondisi yang mencekam tersebut, warga terpaksa mengungsi pada malam hari dan kemudian baru bisa kembali ke rumah esok paginya sebab mereka juga khawatir meninggalkan rumah mereka begitu saja. 

 

Bagikan Artikel Ini :
Scroll to Top